Don't Judge the blog by it's followers

Sunday 22 September 2013

Pena & Tinta


Tuesday 17 September 2013

Plagiat atau Copy Paste

Bismillahirrahmanirrahim…

Hari ini hati agak tergigit, entah bagaimana hendak saya katakan. Ianya bukanlah isu yang besar tapi sedikit sebanyak melanggar etika penulisan. Baru hari ini saya sedar dengan sepenuh hati betapa pentingya lecturer meminta kita meletakkan “Rujukan”, “footnote” dan sebagainya apabila melakukan assignment.

Pernah dengar plagiat? Ianya merupakan hasil mencedok karya atau tulisan orang lain yang disiarkan kembali sebagai karya sendiri (biasanya dalam hal karang-mengarang).- Dewan Bahasa dan Pustaka.

Saya pernah ditegur oleh seorang rakan yang meminati bidang penulisan: “jika copy ayat, kata-kata dan sebagainya, pastikan tulis nama penulis asal atau lebih senang hanya taip “copy paste”. Dan sekarang saya faham. Bila ianya terjadi pada diri sendiri.

Apa perasaan kalian jika hasil tulisan kalian terpapar di dinding Facebook orang lain tanpa nama kalian disebut atau tiada tulis “copy paste”?

Its about originality.



Ini bukan soal nama dan kebanggaan. Ini soal hak dan etika. Ya, saya senang jika benda itu dikongsi untuk perkara baik dan berbaik sangka tentangnya. mungkin jika “dia” faham skop penulisan ini, mugkin juga dia tidak buat begitu.

Baiklah. Ini juga bukan satu kemarahan kepada mereka tetapi bersikap teguran. Saya juga turut menegur diri saya sendiri. 

Ada kenalan di facebook yang mencedok kata-kata dan puisi saya tanpa meminta izin dan apabila saya terbaca, mata tidak berkedip dan sepotong ayat bermain di fikiran “..eh ni macam ayat aku..”

Selepas itu ayat klise akan dibalas oleh penulis asal:” macam kenal saja ayat ini”
Jaga-jaga, mungkin penulis asal bagi anda signal.

Untuk lebih lanjut, bolehlah baca analogi yang ditulis oleh Bahruddin Bekri. Seorang penulis yang saya minati dan kagumi.


Copy paste from :Penulis Bahruddin Bekri 

Ini antara contoh yang bagus. Copy paste cerpen dan letak nama penulis. Alhamdulillah. Kerana sebelum2 ini bukan sahaja cerpen saya, malah ramai lagi, yang cerpen atau artikelnya dicopy paste tidak letak nama.

Ada apa pada nama? Memang tidak ada apa2. Malah secara peribadi, kalau letak di bawah tulisan itu 'copy paste' pun tidak ada apa2.

Tetapi, yang pernah saya jumpa, copy paste cerpen saya kemudian ada orang komen, "Bestlah cerpen awak."

Kalau orang yang copy paste tadi cakap, "Saya copy saja." Tidak ada masalah, tetapi boleh pula dia jawab, "Terima kasih. " Siap ada smile lagi.

Apa perasaan si penulis originalnya? Tidak boleh bayangkan?

Kita letak perkara ini dalam satu perspektif. Bayangkan seorang lelaki bernama Ali dan anak perempuannya masuk ke dalam lif yang sesak. Di sebelah anaknya berdiri seorang lelaki dan di hadapan Ali berdiri seorang mak cik yang kecoh.

Mak cik kecoh itu pandang anak Ali, kemudian pandang lelaki sebelah anak Ali dan kata, "Cantiknya anak awak."

Lelaki itu pula sambil senyum2 bangga jawab, "Terima kasih."

Dapat rasa? Atau belum cukup lagi? Kalau belum cukup kita ubah pula, anak Ali tadi jadi isteri Ali dan letak dalam situasi yang sama.

"Cantiknya isteri awak."

"Terima kasih." Sambil senyum2. Apa perasaan Ali?

Jadi, isunya di sini adalah, tidak ada orang yang suka orang lain menyamar jadi dirinya. Itulah isu sebenarnya.

Isunya lebih daripada sekadar plagiat. Kalau tidak mahu letak nama penulis (untuk saya sahaja, orang lain mungkin rasa perlu), tidak mengapa tetapi jangan mengaku dan menyamar jadi penulisnya. 

Ini kerana untuk setiap penulis, tulisan itu adalah umpama anaknya sendiri. 

Sekian

Sekarang anda nampak?
Salam muhasabah,
-TSK-
Sungai petani.


Friday 13 September 2013

Bila Bintang Tidak Berguguran

Semasa menggali pencarian di Google semalam sempat singgah di satu blog ni. Disebabkan kata-katanya sebati dengan jiwa, maka saya memilih untuk menyimpannya di blog saya agar suatu hari nanti saya senang membacanya semula. Penulis blog adalah seorang lelaki yang berasal dari Indonesia. Jom sama-sama hayati, jika kena pada kondisi anda..mungkin anda lebih faham.




Pernahkah Anda duduk diatas rerumputan dan memandang langit malam yang dipenuhi bintang-bintang?

Mungkin untuk sekedar berbaring diatas rumput memang agak sulit dilakukan di Jakarta, apalagi menatap langit malam yang bersih dari asap dan polusi. Tapi bagi seorang manusia menatap langit dan memandangi indahnya bintang-bintang adalah hal yang selalu dilakukannya.... Dalam keadaan apapun, dia akan selalu menatap ke langit malam dan memandangi bintang-bintang yang bertaburan diatas langit.

Ternyata manusia ini hanya menatap ke salah satu bintang yang paling bersinar diantara bintang-bintang lainnya. Sinarnya sangat menyilaukan mata dan membuat semua yang menatapnya langsung terpikat. Tak ada satupun manusia di bumi yang tak akan terpikat olehnya. Bintang ini berada dibagian paling atas dari bintang-bintang lainnya. Biarpun langit malam tertutup asap dan polusi, sinarnya masih bisa nampak sampai ke bumi. Setiap fajar menyingsing, sinarnya masih saja nampak bersinar kuat seakan mencoba mengalahkan sinar matahari. Bintang ini benar-benar menjadi penantian sang manusia.

Setiap malam, manusia ini selalu meluangkan waktu untuk sekedar duduk di halaman rumahnya yang ditumbuhi rerumputan atau berbaring diatas atap rumah untuk memandangi langit malam. Hanya satu bintang yang membuat dirinya selalu melakukan hal ini dari satu malam ke malam lainnya. Disaat hujan dia selalu menatapnya dari balik jendela. Tak ada alasan yang membuat dirinya melupakan kegiatan yang bagi orang lain tak masuk akal dan tak ada gunanya. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh sang manusia? Dia menunggu bintang itu jatuh ke bumi dan menangkapnya serta mendekapnya seumur hidupnya.

Namun, sayang sekali bintang yang selalu dia tunggu tak pernah jatuh ke bumi. Bahkan ketika bintang-bintang lain yang jatuh ke bumi dengan indahnya tetap tak membuat matanya berpaling dari bintang ini. Tak akan ada yang bisa merubah pendiriannya. Dia hanya menginginkan bintang yang bersinar paling terang dan indah dari bintang-bintang lainnya. Sang manusia mengatakan jika bintang ini layak untuk ditunggu.

Disisi lain,
ternyata sang bintang diam-diam juga sering melihat manusia yang selama ini memuja dan mengirimkan puisi-puisi indah tentang sinarnya yang terang dan indah. Hanya saja, sang bintang tak ingin turun ke bumi karena jika dia memutuskan untuk turun ke bumi itu berarti dia harus merelakan kehilangan sinar yang selama ini membuatnya yang paling terang dan mempesona dibandingkan dengan bintang-bintang lainnya.


Dan demikianlah yang terjadi, sang manusia terus berharap bisa mendapatkan bintang yang paling sempurna sinarnya tapi tak pernah mencoba menghadapi kenyataan bahwa tak semua bintang yang sinarnya paling sempurna adalah yang benar-benar sempurna untuknya. Sang bintang pun tetap tak ingin turun ke bumi hanya karena dia takut kehilangan apa yang selama ini dia miliki tanpa pernah berpikir bahwa dirinya kesepian karena berada di langit yang paling jauh dan tinggi dari bintang-bintang lainnya. Saya pun menjadi heran dengan hal ini, kenapa sang manusia masih saja menunggu bintang yang tak kunjung jatuh turun ke bumi dan kenapa sang bintang tak lekas-lekas jatuh turun ke bumi?

Herannya lagi, ternyata saya tak hanya menemui satu orang manusia yang tekun menatap langit malam dan terus memandangi bintang yang paling bersinar terang diantara bintang-bintang lainnya, bahkan ada banyak manusia yang melakukan hal ini. Baik secara sadar ataupun yang tak sadar jika dirinya tengah berbaring dengan tenang diatas rerumputan dan memandang langit malam. Lucunya juga, ternyata banyak juga bintang-bintang yang (menganggap dirinya) paling terang dibandingkan bintang-bintang lainnya yang tak ingin turun ke bumi. Dan akhirnya saya sadar jika saya ini juga termasuk dalam golongan manusia yang suka memandang langit malam dan berharap jika suatu saat nanti bintang yang paling terang dan paling saya cintai bisa jatuh turun ke bumi dan menjadi kekasih hati selamanya.

Lalu ada apa dengan kita semua?

Selamanya manusia hanya akan bisa berharap dan menunggu bintang yang tak akan pernah jatuh ke bumi. Manusia tak akan pernah bisa mendapatkan apa yang selama ini diinginkan dan akhirnya jatuh ke dalam duka dan kesedihan yang paling dalam. Dan demikian pula dengan bintang yang akan terus berada diatas langit menjadi sosok yang kesepian dan tak pernah mendapatkan kebahagiaan walau sinarnya paling terang dan paling mempesona.

Mungkin manusia telah dibutakan oleh cinta dan membuat apapun bisa menjadi ilusi yang menyenangkan. Termasuk diantara adalah menunggu dan terus menunggu bintang terang yang tak akan jatuh ke bumi. Mungkin bintang juga telah dibutakan dengan bergelimpangnya sinar-sinar paling mahal dan paling indah dijagat alam semesta. Hingga akhirnya melupakan ada sosok manusia yang selama ini telah menunggunya di bumi. Semua seakan telah dibutakan oleh cinta dan juga harta.

Lalu apakah kita semua bahagia?

Tak pernah kita membuka lebar-lebar mata kita dan mencoba menghadapi kenyataan yang sebenarnya terjadi dihadapan kita? Melupakan semua angan-angan yang dibangun saat malam menjelang dan langit malam mulai dipenuhi oleh bintang-bintang. Jika kita hanya mengejar apa yang kekeuh kita inginkan, mungkin sampai mati tidak akan pernah selesai dan menjadi kisah yang never-ending story. Setiap saat hanya itu-itu saja yang terjadi dan setiap saat hanya menjadi pembenaran atas apa yang selama ini diyakini dan dipahami sebagai sesuatu yang benar.

Kalau kita ingin bahagia, sudah waktunya kita melepaskan segala pengharapan atas segala sesuatu yang menjadi ilusi seumur hidup kita. Jika kita adalah seorang manusia, sudah saatnya kita menerima sebuah bintang dengan apa adanya. Bisa saja bintang yang paling terang itu akhirnya jatuh ke bumi, tapi belum tentu bintang ini sesuai dengan harapan kita. Ya, tak selamanya sinar bintang bisa menjadikan bintang itu seperti yang kita inginkan. Menerima apa adanya bintang itu dan menghiraukan keyakinan bahwa bintang yang paling indah dan sempurna adalah bintang dengan sinar paling terang. Begitu pula jika kita adalah sosok bintang yang paling bersinar terang di langit malam, sudah saatnya kita mengorbankan segala atribut diri yang selama ini menjadikan kita bintang yang paling terang.

Jangan membuat diri kita selalu berada kotak yang membatasi diri kita dengan kenyataan. Bintang memang akan selalu bersinar indah, tapi kita juga harus bisa menerima jika suatu saat nanti bintang yang kita inginkan tidak sempurna dan tidak sesuai keinginan kita. Bintang akan terus menyinari malam yang kelam, tapi kita juga harus sadar jika kita sendirian dan tak ingin merasa kesepian selamanya. Mungkin pertanyaan diawal tulisan ini perlu sedikit dirubah.

Maukah Anda duduk diatas rerumputan bersama dengan orang yang Anda sayangi sambil memandangi langit malam yang dipenuhi dengan bintang-bintang?

Sekarang Anda yang memutuskan. Menjadi manusia yang terus menunggu bintang jatuh atau menjadi bintang yang angkuh dan tak mau turun ke bumi? Tapi ada satu hal yang pasti, berkorbanlah untuk yang Anda sayangi. Kelak kebahagiaan itu akan terus bersinar indah dilangit malam. Jadilah kisah hidup Anda happy-ending story.

(Bila bintang tidak berguguran..)

via:http://aryawardhana.wordpress.com/


Thursday 12 September 2013

Bermula dari bawah



Apa yang saya lakukan pada permulaan ialah menulis kad ucapan. Semenjak di tingkatan tiga saya adalah tukang tulis kad ucapan kawan-kawan. Kemudian saya beralih menjadi penulis cerpen bagi majalah sekolah di tingkatan lima.

Apabila saya menyambung pengajian di kampus Al-Azhar, saya masih menulis cerpen da esei. Saya menulis berbelas-belas artikel untuk majalah mahasiswa di sana dan beberapa cerpen saya tersiar di majalah suara kampus. Sewaktu itu, karya saya masih teruk dan banyak kecacatan. Taipan dan ejaan banyak silap dan tidak mengikuti piawaian yang betul.

Sewaktu saya di tahun dua, saya berpeluang menyertai Bengkel Bedah Cerpen anjuran Kelab Karyawan di sana. Inilah bengkel pertama dan terakhir yang saya pernah saya sertai demi mempelajari teknik penulisan yang betul. Bengkel ini dikendalikan oleh mentor saya, saudara Nazmi Yaacob secara sendirian dan pesertanya hanya lapan orang. Dari situ saya ditegur dan diajar beberapa asas penting dalam penulisan. Ternyata ia banyak membantu saya menjadi penulis yang berjaya hingga sekarang.

-A. Ubaidillah Alias



Note: Hari ini tarikh tutup Kursus Penulisan Buku Motivasi oleh Tuan Zamri Mohammad

Tuesday 3 September 2013

Sabar dan Solat

"Ko dah abis pikir ke Maya nak kahwin ni, masih sempat lagi kot kalau nak batalkan" telah Kak Fida kepada Maya yang jari-jemarinya tengah merah berinai.

Maya terdiam. Nada sepupunya menggigit perasaannya. Esok hari bahagia buat dirinya seolah-olah kelam seketika.
"kenapa cakap macam tuu? salahkah saya berkahwin?"
"Tak salah, tapi ko kerja lah dulu cari duit tanggung adik-adik kau yang kecil lagi,... kau tuu anak sulung..mak ayah kau bukan orang senang" balas Kak Fida.

Berjurai air mata Maya di sebalik pintu kamar berhias pengantin itu. Hampir setiap kelaku isi rumah itu tidak meraikannya. Namun dia tetap tabah mempertahankan hati yang remuk tadi untuk kebahagiaan hari esok. Hanya ibunya tempat dia mengadu.
______

Laila dan sarah berkunjung ke rumah Maya malam itu. Sebagai teman yang rapat dengannya dari sekolah rendah lagi datang meraikan Maya.

"wah...berserinya kau Maya, dah bersedia ke ni?" ujar si dara Laila.
"InsyaAllah..berdebar jugak menanti esok pagi"
"Macam tak sangka pulak ye kau nak kahwin esok Maya..nanti sapa nak teman aku pergi beli teh ais di warung kak cantik tuu" usik Sarah, sahabat yang selalu bersama Maya.
Mereka ketawa sambil mengusik Maya.

"Laila, aku dapat rasakan sesuatu yang tak kena" bisik Sarah.
"maksud kau?"
"Maya...macam tak happy, mata dia merah..kau tak perasan ka?" soal Sarah.
"sebenarnya aku pun rasa macam tu jugak"

Habis sesi berinai Maya mengajak teman-temannya melihat keperluan di dalam bilik pengantin.
Pintu bilik dikunci rapat. Hanya mereka bertiga berkurung di dalam sangkar indah itu.

Tiba-tiba...
Maya mengalirkan air matanya di hadapan Sarah dan Laila. Cerita tadi diolah semula.

"kau sabar ye Maya, ni ujian untuk kau atas kemahuan kau sendiri, aku faham kedua belah pihak.. tak pelah kalau macam tuu kau buktikanlah kepada mereka walaupun kau dah kahwin kau masih boleh tanggung adik-adik kau nanti." pujuk Laila.

"Kenapa? Kalau dah kahwin aku tak boleh tolong adik-adik aku ke? bentak Maya.
"Dah..dah...jangan difikir lagi...esok hari bahagia kau, tak eloklah macam ni. pujuk Sarah pula.
"Malam ni je aku nak nangis puas-puas, aku berjanji pada diri aku yang aku tak kan keluarkan air mata setitis pun esok" Maya memesan pada dirinya.
"kami sentiasa di belakang kau, dah jangan sedih, esok mata bengkak pula, kan comot je nanti" senyum Sarah kepada Maya.

Pintu bilik diketuk. satu suara kedengaran. Mereka bertiga bersurai dari bersidang. Maya cepat-cepat sapu air matanya.

_____

selepas beberapa tahun..

"kak, Haikal nak pakai duit, kak boleh tolong tak?"
"nak guna berapa dik?"
"RM100 kak, nak bayar duit buku teks accounting"
"O.K baik esok, petang nanti kak bank in kan"
Telefon dimatikan.

"Maaf ya, kelas..adik saya telefon tadi. Kita di mana tadi?"
" Ciri-ciri Mekanisme pelaburan antara bank secara Islam Puan" Jawab salah seorang pelajar di dalam kuliah Kewangan Islam.

Maya kini bekerja di Universiti Darul Ulum sebagai Pensyarah di Fakulti Ekonomi Islam. Selepas tamat pengajian Degree nya, beliau melanjutkan pelajaran hingga ke peringkat lebih tinggi.

"ko dah fikir abis ke?, sempat lagi kalau kau nak batalkan" menerawang sebaris ayat itu di dalam fikiran Maya.

"Ya..aku dah buktikan pada semua, moga usaha aku sehingga hari ini diberkati Allah"

"adik...Kak dah masukkan duit RM1000, bahagi dengan yang lain ya, dekat mak dan ayah kak minta adik bagi mereka RM 500 ya" pesan khidmat ringkas dihantar.

Kakinya melangkah keluar dari Bank Islam .
"ya Allah..aku bersyukur padaMu, berkat solat dan sabar yang Engkau tunjukkan" getus hati Maya.
Berlinang airmatanya sambil memandu kereta menyusuri jalan.